PEMBEBESAN UMAT MANUSIA "

 

                     Jesus Surgafara 


Jargon yang biasanya dikhotbahkan dalam perayaan Natal oleh para pendeta, klasis, sinode pastor, uskup-paus  seperti, “datanglah kerajaanMu di bumi seperti di sorga” atau “damai di sorga, damai di bumi” menjadi kalimat tak berarti ketika gereja menutup diri dari realitas sosial masyarakat dalam  bentuk" klonialisme, kapitalisme, militerisme  yang hadir dalam  persoalan-persoalan mendasar yang terjadi di rakyat papua seperti, kejahatan HAM, konflik agraria, penggusuran paksa, upah murah buruh, kemiskinan, terutama kedaulatan politik papua barat teraniyaiya. Bagaimana bisa rakyat Papua dapat merayakan Natal dengan damai ketika ancaman kematian itu bisa datang kapan saja? Bagaimana bisa petani dapat merayakan Natal dengan damai kalau lahannya dirampas? Bagaimana bisa kita membawa misi mewujudkan kerajaan sorga di bumi jikalau kita berdiam diri melihat ketidakadilan? 




Memaknai Natal bukan hanya sekadar memperingati hari kelahiran Yesus Kristus saja. Bagi saya, kelahiran Yesus Kristus merupakan peritiwa sejarah kelahiran salah satu seorang revolusioner di dunia ini. Seorang revolusioner yang berani menentang ahli-ahli Taurat (pemuka agama) dan raja-raja (kekuasaan tirani) untuk membela dan membebaskan kaum tertindas.




Perjalanan Yesus memberitakan Injil merupakan proses Yesus mengorganisir umat. Dalam sejarahnya yang juga tertulis dalam Alkitab bahwa Yesus melakukan pengorganisiran terhadap orang-orang miskin yang berprofesi sebagai petani dan nelayan, orang-orang yang sakit, budak-budak, bahkan perempuan (maaf) pelacur. Hal ini terlihat jelas bagaimana keberpihakan Yesus terhadap masyarakat kelas bawah. Mestinya ini juga menjadi pijakan gereja dalam berposisi untuk membela meraka yang lemah. Hal tersebut hanya bisa dilakukan ketika gereja lepas dari hegemoni kekuasaan; ketika gereja tidak lagi menjadi alat politik elit borjuasi; ketika gereja punya perspektif kelas; ketika gereja punya sikap berani melawan kekuasaan yang menindas—seperti halnya yang sudah dilakukan oleh Yesus Kristus. 




Dalam cerita Alkitab, Yesus pernah memberi makan lima ribu orang (lihat: Matius 14:13-21). Kita sebagai umat pun dapat memberi makan ribuan atau bahkan jutaan orang jika kita mampu menumbangkan kekuasaan yang menindas (klonialisme,  kapitalisme, militerisme)   dan merebut alat-alat produksi dari tangan kaum borjuis. Produksi pangan dunia sebenarnya bisa memberi makan tiga kali sehari jumlah penduduk dunia saat ini. Tapi, masih saja kita jumpai kelaparan di mana-mana, seperti di negera-negara Afrika, bahkan di Indonesia. Terutama papua barat yang di warisi olen Persetan klonialisme indonesia.  Hal ini dikarenakan ada penimbunan hasil produksi pangan yang dikuasai oleh pemodal demi kepentingan akumulasi profitnya. Karena itulah, untuk mewujudkan cita-cita kerajaan sorga di bumi (sosialisme di papua), kita mestinya punya alat perjuangan yang kuat. Alat perjuangan yang kuat hanya bisa dilakukan melalui konsentrasi dalam usaha yang sadar untuk hapuskan klonialisme,  lawan militerisme dan hancurkan imperialisme dalam persatuan semua kelompok masyarakat  Papua barat,  indonesia dan dunia yang tertindas. 




Akhir kata, mengucapkan selamat merayakan Natal bagi seluruh umat Kristen Khususnya massa rakyat papua di papua barat  mari sama-sama di momentum natal ini  kita (elemen-elemen pro kemerdekaan Papua Barat)  wujudkan kerajaan sorga di bumi sekaligus  dan mempertegas garis politik (pandangan politik)  diatas dasar  Persatuan Nasional  untuk revolusi Demokratic Nasional  Papua Barat.




Salam pembebasan umat ✊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBEBASAN UMAT MANUSIA

Rakyat Papua Dalam Badai (DEHUMANISASI

CINTA DAN REVOLUSI